Dalam dinamika politik Indonesia, organisasi massa (ormas) seringkali menjadi alat strategis untuk membangun komunikasi politik, menggalang dukungan, dan memperkuat basis massa. Salah satu contoh yang menonjol adalah Deklarator Ormas Nasional Demokrat yang kini telah bertransformasi sebagai partai politik (NASDEM), yang dibentuk sebagai bagian dari strategi komunikasi politik untuk memperkuat posisi dan visi politik tertentu. Kini, fenomena serupa terlihat dalam pembentukan Ormas Gerakan Rakyat oleh Anies Baswedan, yang juga menggunakan pendekatan serupa untuk membangun narasi politik dan menggalang dukungan.

Pada hari kamis 27 februari 2025, deklarasi sebuah ormas yang bernama “Gerakan Rakyat” yang diamana pada momentum deklarasi tersebut banyak pengamat politik mengatakan deklarasi ormas Gerakan Rakyat tersebut menjadi langkah awal Anies Baswedan dalam memperkuat komunikasi politiknya dengan masyarakat. Ini bukan sekedar upaya menjaga eksistensi politik pasca Pilpres 2024, namun juga bentuk konsolidasi landasan pendukung yang lebih luas. Sebagaimana pandangan Iwan Setiawan direktur eksekutif IIndonesia Political Review (IPR) kepada IslamToday ID, (Ahad,2/3/2025) “menilai bahwa ormas Gerakan Rakyat berpotensi menjadi cikal bakal partai politik, serta menurutnya pembentukan ormas ini bisa menjadi strategi poitik anies menjelang pemilu 2029, terutama setelah ambang batas pencalonan presiden menjadi nol porsen dan hal ini membukan peluang bagi anies untuk bersaing secara lebih setara dengan kandidat lain”. artinya Langkah ini tidak hanya sebagai upaya mengkonsolidasikan basis pendukung, tetapi juga sebagai strategi komunikasi politik yang efektif untuk menjaga eksistensi dan pengaruh Anies di kancah politik nasional.

Melalui ormas ini, Anies menunjukkan komitmennya untuk terus berinteraksi dengan publik dan membangun narasi politik yang berkelanjutan. Dengan mengandalkan jaringan relawan dan simpatisan, ormas “Gerakan Rakyat” dapat menjadi alat mobilisasi yang efektif dalam mendorong perubahan sosial dan politik di masa depan dan ini juga bentuk sinyal bahwa Anies sedang mempersiapkan diri untuk Pilpres 2029.

Konteks pembentukan ormas “Gerakan Rakyat” Setelahnya gagal maju dalam Pilkada 2024, Anies Baswedan dan para loyalisnya merasakan kebutuhan akan wadah yang mampu menampung aspirasi dan semangat para pendukungnya. Hal ini diwujudkan melalui pembentukan ormas “Gerakan Rakyat” yang dideklarasikan , yang merupakan gabungan dari berbagai kelompok relawan seluruh Indonesia yang setia mendukung Anies. Ormas ini dirancang sebagai platform inklusif yang terbuka bagi semua lapisan masyarakat tanpa kecuali.

Aktor dan saluran Komunikasi Politik

Pembentukan ormas “Gerakan Rakyat” dapat dilihat sebagai strategi sarana komunikasi politik yang cerdas. Dengan adanya ormas ini, Anies memiliki saluran langsung untuk berinteraksi dengan basis pendukungnya, menyampaikan pesan-pesan politik, serta membangun narasi yang konsisten dengan visi dan misinya. Selain itu, ormas juga berfungsi sebagai alat mobilisasi massa yang efektif, mengingat struktur organisasinya yang menjangkau hingga tingkat daerah.

Dengan mengutip pandangan Dr. Siti Aisyah, seorang pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, "Penggunaan ormas dalam strategi komunikasi politik menciptakan kedekatan emosional antara pemimpin dan masyarakat. Ketika merasa terlibat dalam organisasi, masyarakat lebih mungkin untuk mendukung kebijakan yang diusung."

Strategi komunikasi politik ini merupakan elemen penting dalam membangun hubungan antara politisi dan publik. Salah satu pendekatan yang semakin populer adalah melalui organisasi masyarakat (ormas). Pembentukan ormas “Gerakan Rakyat” oleh Anies Baswedan dapat dilihat sebagai langkah strategi dalam menyampaikan pesan politik dan membangun dukungan masyarakat.

Dengan hadirnya ormas ini mampu berperan sebagai jembatan komunikasi antara pemimpin dan pendukung. Dengan adanya ormas “Gerakan Rakyat”, Anies Baswedan dapat melakukan. pertama, saluran interaksi langsung  yaitu ormas memberikan platform untuk Anies berinteraksi langsung dengan basis pendukungnya. Hal ini menciptakan peluang untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan menanggapi isu-isu yang relevan. kedua, Penyampaian pesan politik melalui ormas, Anies dapat menyampaikan pesan-pesan politik secara lebih efektif. Karena ormas memiliki jaringan yang luas, pesan dapat disebarkan dengan cepat dan menjangkau audiens yang lebih besar. ketiga, mobilisasi massa, secra struktur organisasi ormas yang menjangkau hingga tingkat daerah memungkinkan mobilisasi massa yang efektif. Ini penting dalam konteks pemilu, di mana dukungan yang solid dari basis pendukung dapat menentukan kemenangan.

Ormas Antitesa Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus

Kehadiran “Ormas Gerakan Rakyat” juga dapat dilihat sebagai respon terhadap keberadaan eksistensi KIM yang dianggap permanen. dalam konteks politik elektoral terkini, pembentukan “Ormas Gerakan Rakyat” juga memiliki kekuatan yang signifikan. Dan apakah pembentukan ormas ini adalah bentuk perlawanan terhadap, Kesatuan politik nasional saat ini dalam koalisi Indonesia Maju (KIM) yang hari lalu di sebutkan (koalisi permanen), namun satu hal yang perlu di catat bahwasanya ormas ini dapat berperan dalam menjaga dan bahkan meningkatkan elektabilitas Anies Baswedan menjelang kontestasi politik yang akan datang. Dengan struktur yang solid dan jaringan yang luas, Gerakan Rakyat mampu menjadi mesin politik yang efektif dalam menggalang dukungan serta menyebarkan ide-ide perubahan yang diusung oleh Anies Baswedan.

Kehadiran “Ormas Gerakan Rakyat” dapat dilihat sebagai respons strategis yang cerdas terhadap keberadaan Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang tetap solid pasca-Pilpres 2024. KIM, sebagai kekuatan politik dominan yang mengendalikan pemerintahan, dianggap sebagai "kekuatan permanen" yang sulit ditandingi melalui jalur formal seperti parlemen atau koalisi partai. Dalam konteks ini, Ormas Gerakan Rakyat muncul sebagai kekuatan tandingan yang tidak hanya mengonsolidasikan kelompok-kelompok yang merasa terpinggirkan, tetapi juga membangun narasi alternatif yang menawarkan visi berbeda dari kebijakan pemerintah. Dengan struktur organisasi yang menjangkau hingga tingkat akar rumput, ormas ini berpotensi menjadi alat mobilisasi massa yang efektif, sekaligus wadah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat yang merasa tidak terwakili oleh kebijakan KIM.

Pembentukan “Ormas Gerakan Rakyat” juga menunjukkan kecerdikan politik Anies Baswedan dalam menjaga momentum dan relevansi politiknya pasca-kekalahan di Pilpres 2024. Sebagai figur oposisi, Anies menyadari bahwa kekuatan politik tidak hanya terletak pada jabatan formal, tetapi juga pada kemampuan membangun pengaruh di luar struktur pemerintahan. Melalui ormas ini, Anies tidak hanya menjaga koneksi dengan basis pendukungnya, tetapi juga membangun jaringan baru yang dapat menjadi fondasi bagi ambisi politiknya di masa depan. “Ormas Gerakan Rakyat” menjadi semacam "mesin politik" yang memungkinkan Anies untuk terus bergerak, bahkan tanpa dukungan partai besar atau akses ke kekuasaan formal.

Strategi ini juga mencerminkan kompleksitas politik Indonesia yang semakin berlapis, di mana kekuatan politik tidak lagi terpusat hanya pada partai-partai besar, melainkan juga pada organisasi masyarakat yang mampu menjangkau langsung hingga akar rumput. Dengan menekankan isu-isu populis seperti keadilan sosial, pemberantasan korupsi, dan perlindungan untuk kelompok marginal, ini memiliki potensi untuk menarik perhatian dari berbagai segmen masyarakat, terutama mereka yang merasa diabaikan oleh kebijakan pemerintah. Dengan demikian, ormas ini bukan hanya berfungsi sebagai alat politik Anies, tetapi juga sebagai saluran untuk mengekspresikan ketidakpuasan publik terhadap kondisi yang ada.

Namun, tantangan terbesar bagi Ormas Gerakan Rakyat adalah memastikan bahwa organisasi ini tidak sekadar menjadi alat mobilisasi massa yang sementara, tetapi juga mampu membangun narasi yang konsisten dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Anies harus memastikan bahwa organisasi masyarakat ini tidak terperangkap dalam retorika yang hampa. Pernyataan politik dari para elit dan pendukungnya juga perlu dikontrol agar tidak menimbulkan kekhawatiran seperti yang pernah diungkapkan oleh penyair Habel Rajavani (2017), yang menggambarkan bahwa politik sering bergerak terlalu cepat hingga kehilangan koneksi dengan akar pemikiran yang mendasarinya. tetapi benar-benar dapat memberikan solusi nyata terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Selain itu, ormas ini juga harus menjaga independensinya dari kepentingan politik jangka pendek, agar tidak kehilangan kredibilitas di mata publik.

Secara keseluruhan, kehadiran “Ormas Gerakan Rakyat” menandai sebuah fase baru dalam dinamika politik Indonesia pasca-Pilpres 2024. Sebagai kekuatan alternatif terhadap dominasi KIM, ormas ini bukan hanya alat politik Anies Baswedan, tetapi juga gambaran dari ketidakpuasan publik terhadap kebijakan pemerintah. Dalam jangka panjang, keberhasilan ormas ini bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan narasi yang kuat, mengonsolidasikan dukungan, dan memberikan solusi konkret bagi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Jika berhasil, “Ormas Gerakan Rakyat” akan menjadi kekuatan politik yang signifikan dan juga berfungsi sebagai penyeimbang bagi dominasi KIM dalam peta politik nasional.

Kesimpulan

Deklarasi “Ormas Gerakan Rakyat” oleh Anies Baswedan adalah manifestasi dari strategi komunikasi politik yang matang dan responsif terhadap dinamika politik Indonesia. Melalui ormas ini, Anies Baswedan tidak hanya menguatkan basis pendukungnya tetapi juga membangun platform yang memungkinkan interaksi langsung dengan masyarakat luas, sekaligus mempersiapkan diri untuk kontestasi politik di masa depan.

Asrianto Asgaf
Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang